Jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja, dimana
saja, kapan saja bila ia mau. Ketika cinta datang kita tak bisa menolak maupun
memilih cinta itu akan berlabuh kemana. Yang bisa kita lakukan hanya
mengikutinya meskipun jalannya terjal dan menyakitkan.
Begitu juga terjadi padaku. Aku Jingga Febriyani
kelas X SMA yang jatuh cinta pada seseorang yang tak ku sangka sama sekali.
Awalnya aku hanya mengidolakan dia karena dia kakak kelasku di SMA 1
CIAWIGEBANG, kami bergabung di mading sekolah yang kebetulan dia adalah
ketuanya.
Namanya Ungu Setiawan kelas XI Ipa 3, aku
mengidolakannya karena menurutku dia memiliki ide-ide dan pola pikir yang
keren. Itu yang membuatku tertarik belajar dengannya tentang sastra dan dunia
menulis.
***
Sudah sebulan aku bergabung dengan mading sekolah,
dengan kesibukan mengumpulkan materi dan bahan untuk mading membuatku jarang
ada dirumah, aku selalu pulang larut malam. Seperti saat ini aku pulang malam
bukan hanya karena baru menyelesaikan tulisanku tapi karena langit sedang
menangis begitu derasnya hingga membuatku terpaku di ruang redaksi mading.
Tanpa kusadari ada seseorang yang masuk dan bertanya padaku.
“belum pulang, Ngga?” seseorang membuyarkan
lamunanku
“belum, Kak” jawabku
“baru selesai?” tanyanya kemudian
“sudah 1 jam yang lalu selesainya, Kak” jawabku
sembari melihat jam yang melingkar indah di tangan kananku. “Kak Ungu belum
pulang?” ta nyaku kemudian
“belum, saya baru selesai rapat sama ketua osis dan
ketua organisasi, jadi kamu dari tadi sendirian menunggu hujan reda?” dia
menghamiriku tatapannya mengikutiku yang sedang menatap ke luar jendela.
“ya, aku sedang menikmati hujan, menurutku hujan adalah
anugrah terindah, maaf Kak aku ngelantur, hehehe”
“kamu suka hujan? Kalau aku lebih suka musim semi
karena pada musim itu hanya ada kegembiraan” kata-katanya membuatku banyak
berpikir tentang alas an mengapa aku suka hujan.
“sangat, karena hujan bisa menyejukan dan menutupi
rasa yang sedang dialami seseorang” aku hanya bisa tersenyum padanya.
“sepertinya hujan tak akan reda cepat, kamu mau nunggu?”
tanyanya
“aku mau pulang Kak” jawabku sembari meninggalkannya
“di luar masih hujan” cegahnya
Aku hanya senyum mengangkat bahu padanya kemudian
menerobos hujan, tak ku sangka dia mengikutiku menerobos hujan, kami tiba di
parkiran.
“bawa motor gak?” tanyanya yang berdiri di
sampingku, yang ku jawab dengan gelengan kepala. “tunggu disini sebentar”
perintahnya kemudian ia berlari mengambil motornya.
“naik Ngga, aku anterin pulang!” aku hanya
menurutinya tanpa membantah karena jam segini mana ada angkot, untuk pertama
kalinya aku di bonceng dia menerobos hujan yang deras dengan baju basah kuyup.
***
PERUBAHAN
Ketika langit gelap gulita
Tak ada secercah cahaya
Seperti langit tak berbintang
Matahari tak memebagi cahanyanya pada
bulan
Perlahan-lahan langitpun tlah berubah
Ketika taman layu
Bunga kehilangan warnanya
Pohon-pohon kehilangan daunnya
Tandus… gersang…
Tak ada keceriaan
Perlahan-lahan musimpun berubah
Ketika hujan turun
Dengan tetesan demi tetesanya
Menyejukan bumi
Memecah keheningan
Perlahan-lahan suasanapun berubah
Setelah hujan muncullah pelangi
Yang memberikan keceriaan
Dengan warna-warna cerahnya
Perlahan-lahan kahidupan berubah
Ciawigebang,
07-11-2013
Jingga
Febriyani X-2
***
Seperti biasa
kalau istirahat aku pasti di kantin untuk makan, semua orang juga pasti kalau
ke kantin yam au makan masa nyuci, hehe.. aku duduk sendiri di bangku favoritku
tanpa Nilla, yang katanya mau ke ruang guru dulu ngaumpulin tugas matematika tadi tapi kok lama banget.
Tiba-tiba saat aku makan bakso yang sebentar lagi
abis karena kelamaan nunggu, Nilla menghampiri kemudian ikut duduk dan mulai
makan bakso yang tadi aku pesankan untuknya.
“lama banget, lla?” tanyaku ketus karena sebal
“maaf deh! Tadi bu Rahma nya nyuruh aku dulu ngambil
buku di perpustakaan” aku mendengar pembelaan Nilla setengah hati saking
sebelnya.
“btw, kamu kok gak bilang ke aku puisimu di pajang
di mading?” tanyanya yang membuatku kaget untung air minumnya gak nyembur,
hehe..
“puisi yang mana? Aku gak pernah majangin puisiku di
mading kok” jawabku
“gak percaya nanti kita liat di mading sebelum
kekelas” katanya aku tak bisa menjawabnya karena bel keburu berbunyi tanda
masuk kelas.
Teeettt… tettttttt… teeeeeet..
“yah ko masuk si?ni bakso masih banyak” katanya
sediki panic
“bodo amat, suruh siapa lama!” aku meninggalkan dia
dan buru-buru liat mading yang posisnya berada tak jauh dari kelasku.
‘loh ini kan puisi yang waktu itu aku buat di ruang
redaksi mading, siapa yang pajang?’ dengan wajah bingung bercampur penasaran.
“kamu sudah liat Ngga? maaf aku gak ijin kamu dulu”
suara yang sudah taka asing lagi ditelingaku
Aku meliriknya dengan heran “jadi kakak yang
majang?”
“ya, sayangkan kalau gak di pajang?” katanya sambil
mengusap kepalaku, ‘apa maksudnya?’ tanyaku dalam hati.
“masuk gih sudah ada guru” katanya yang lagi-lagi
membuyarkan lamunanku, aku hanya menganggukan kepalaku, tanpa ku sadari ada dua
orang yang memperhatikan kita yang satu Nilla sahabatku yang satunya aku tidak
tahu karena tidak begitu memperhatikan juga.
***
Semenjak saat itu, hubungan kami pun semakin dekat.
Aku tak menyadari sejak kapan aku mulai menyukainya, tapi yang aku tahu aku
nyaman berada di dekatnya.
Bukan tidak mungkin perasaan ini muncul begitu saja,
aku merasa ka ungu menyukaiku juga dengan semua sikapnya yang dia tunjukan
padaku. Belum tentu bener juga si logikaku berkata bahwa aku yang terlalu
kegeeran menanggapi semua sikapnya padaku.
Aku pernah membahas ini dengan Nilla, menurutnya aku
tak boleh terlalu berharap padanya takut aku kecewa nantinya. Perasaanku tak
bisa ku bohongi inginku tak berharap tapi aku tak mampu meredam rasa ini.
Suatu hari pada tanggal 14 februari 2014 di ruang
redaksi hanya ada aku sendiri yang baru saja menyelesaikan tulisanku untuk mading
edisi minggu depan, kemudian kak ungu masuk dan berbicara padaku.
“boleh bicara sebentar?” tanyanya yang ku jawab
dengan anggukan kepala.
“I love you” katanya kemudian yang membuat aku tak
percaya, ‘apa katanya tadi? I love you? Tak salah dengarkah aku? Jadi selama
ini dia memiliki rasa yang sama seperti rasa yang kumiliki padanya? ’ aku
bertanya-tanya dalam hati, senang rasanya mendengarnya mengakui isi hatinya
padaku. Serasa melayang ke awan.
“mau gak kamu jadi pacar aku Pink?” katanya yang
membuatku melongo yang keluar dari mulutku hanya satu kata “Pink?” dengan
herannya
“ya Pink, aku sudah lama naksir dia, dia
satu-satunya wanita yang bisa membuatku gila. Kamu tahukan teman sekelasku itu?
Menurutmu kira-kira dia akan jawab apa Ngga?” tanyanya.
“aku rasa dia akan mengatakan ‘Ya’ kak” jawabku
dengan suara bergetar, buru-buru ku normalkan takut dia curiga.
“thanks adekku sayang! Aku mau bilang sama dia
sekarang” dia mengelus kepalaku kemudian pergi meninggalkanku sendiri dengan
hati yang tersayat-sayat.
Pernahkan kau terbang melayang ke
angkasa luas kemudian kau terjatuh seketika ke bumi tanpa parasut, seperti
itulah yang aku rasakan sekarang. Bener kata Nilla aku saharusnya tidak terlalu
berharap ke kak Ungu karena aku akan kecewa, kalau saja aku mendengarkan
perkataan sahabatku itu hati ini takkan sesakit sekarang. Seperti pesan dari
buku yang aku baca when everything sounds too good to be true, dont believe
it!! Di tambah lagi ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17, kenapa harus hari ini ya Allah?
Hal ini menjadi kado paling menyakitkan dalam sejarah ulang tahunku.
Aku berlari keluar ruang redaksi yang di sambut oleh
tangisan langit. Oh langit kaupun
menangis melihat kebodohanku? Hujan apakah kau datang untuk menemaniku dan
menyembunyikan kesedihanku? Aku tak bisa berpikir lagi yang kulakukan terus
berlari dan tiba-tiba… ckiiiiit!!
“woy pake mata dong!” orang yang hampir menabrakku
marah-marah gak jelas, ‘loh bukanya harusaku yang marah’ batinku. Untuk waktu
yang cukup lama pandangan kami bertatapan. Rasa sedihku membuatku sadar dan terlalu
malas bertengkar. Aku tak terlalu menggubrisnya kemudian ku teruskan lariku
tanpa menoleh kebelakang.
“heyy… heyy… cewek aneh! Nangis kok di tengah hujan!
Tapi tatapan matanya… ada apa denganku? Mengapa aku deg-degan gini? ” kata
orang tersebut yang jelas sudah tak ku dengar lagi.
***
Kejadian itu sudah lama berlalu, waktu
berbulan-bulan telah mengobati rasa sakit yang ku alami. Aku mempunyai tekad
harus bisa move on dan tak berlarut-larut dalam kesedihanku, seseorang pernah
berkata padaku jika kita mencintai seseorang kita tak harus memilikinya hanya
perlu mencintainya dengan ikhlas dengan cara melihatnya bahagia, aku rasa kak
ungu bahagia dengan kak pink, dan itu sudah cukup untukku.
“Jingga.. Jingga…” suara teriakan
sahabatku yang hampir membuatku melompat dari kursi.
“kenapa sih? Ngagetin aja lla, ada apa?” tanyaku
“kamu sudah liat mading hari ini?” tanyanya tanpa
mengatur nafasnya terlebih dahulu
“belum” jawabku datar ‘apa anehnya toh aku sudah
mengetahui isinya, wong aku kan anggota mading’ batinku
“ih… kamu harus lihat sendiri! Ayo ikut aku!” dia
menarik tanganku, aku hanya menurutinya tanpa membantah sedikitpun. Sampai
akhirnya di depan mading sekolahku tercinta, Nilla hanya menunjuk pada hal yang
ingin ditunjukannya padaku. Mataku mengikuti ke arah yang ditujunya. Aku kaget
terbelalak ketika aku membaca tulisan tersebut:
Mata
Indah itu….
Langit gelap gulita
Tetesan demi tetesan berjatuhan
Ku beranikan kakiku melangkah menerobos
derasnya hujan
Aku rasa hujan kali ini berbeda
Aku seperti melihat pelangi di tengah
hujan
Untuk pertama kalinya ku lihat wajah
itu
Wajah dengan mata indah yang menangis
di tengah tangisan langit
Mata indah yang membuat dada ini
berdetak kencang
Mata indah yang sulit ku lupakan
Mata indah yang ketika aku melihatnya
membuatku ingin menghapus setiap tetesan air matanya
Mata indah yang ingin aku bahagiakan
Mata indah yang kelak akan melukiskan
warna pelangi dalam hidupku
Mata indah yang selama berbulan-bulan
ini menghiasi relung hatiku
Mata indah yang lancang telah membawa
separuh hatiku
Mata indahnya..
Mata indah itu..
Mata indah itu ku lihat dalam sosok
wanita sederhana
Yang bernama Jingga Febriyani
ciawigebang, 10-4-14
Biru Mahardika XI IPA 1
***
Jam menunjukan pukul 14.00 saatnya pulang,
sebenarnya pikiranku sudah tak ada di kelas dari pagi hari setelah membaca
tulisan itu. Bagaimana menjelaskannya kebingunganku ‘mana mungkin kak Biru
seorang ketua osis merangkap ketua basket, dan laki-laki paling di inginkan
oleh semua wanita di sekolah ini membuat puisi
tentangku? Atau mungkin Jingga Febriyani ada dua? Ah…. Gak tahulah pusing!’
hatiku bertanya-tanya
Bel pulang sekolah berbunyi bertepatan dengan
turunnya hujan, aku hanya melihat kejendela dan merapihkan alat tulisku, semua
siswa kelasku berhamburan keluar kelas. Aku dan Nilla berjalan beriringan di
koridor sekolah sampai ketika ku dengar suara seorang laki-laki dari tengah
lapangan.
“Jingga… would you be my girlfriend?” teriak ka Biru
di tengah lapangan dalam kondisi hujan deras menggunakan payung warna-warni
seperti warna pelangi. Semua anak yang akan pulang terhenti sesaat karena aksi
kak Biru mereka seolah-olah tidak mau melewatkan tontonan gratis di lapang
basket.
“kamu tahu Jingga kalau kamu melihat pelangi di
tengah hujan kamu akan mendapat keajaiban, dan aku adalah keajaibanmu seperti
kamu yang menjadi keajaibanku” teriaknya yang membuat pipiku merah merona
karena malu.
“terima… terima… terima…” anak satu sekolah mengkompor-kompori
“gimana Jingga?” Tanyanya lagi
Nilla menyenggolku, Aku tak mempunyai kekuatan untuk
berbicara satu katapun, kejadian ini membuatku bungkam seribu bahasa yang bisa
ku lakukan hanya menganggukan kepala. Semenjak itu kami resmi jadian. Kata-kata
kak Biru kata-kata paling romantis yang pernah aku dengar dari seorang
laki-laki. Mudah-mudahan kak Biru laki-laki yang baik yang Allah berikan
untukku.
***
Aku belajar dari kejadian ini yang sesuai dengan Pepatah
yang mengatakan bawa cinta akan datang dengan sendirinya tanpa harus dicari
atau dikejar. dan Sebelum kita menemukan
orang yang baik kita akan dipertemukan dengan orang yang tidak baik terlebih
dahulu.
Aku bahagia akhirnya mendapatkan seseorang yang mau
menerima semua kekurangan yang aku miliki, karena cinta bukan mencari seseorang
yang sempurna melainkan menerimaa kekurangan dan menyempurnakannya dengan cinta
yang kita miliki. Dengan kesabaran dan keikhlasan akan membuat sesuatu itu
indah pada waktunya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar