Kenalin
nama gue cemara, gara-gara nama gue cemara gue selalu diledek sama temen-temen
dengan manggil gue keluarga cemara persis sinetron di salah satu stasiun
terevisi.
Gue
anak tunggal untuk sementara waktu ini, bokap gue meninggal saat gue berumur 10
tahun. Nyokap gue banting tulang ngebesarin dan nyekolahin gue, setiap melihat
nyokap pulang dengan wajah kelelahan jujur gue gak tega. Mangka dari itu gue
nyaranin dia menikah lagi.
Bukan
nyokap gue kalau dia nurutin apa mau gue, dia malah bilang perioritasnya
sekarang hanya gue. Dan itu buat gue bungkam.
***
Kita
tinggalin urusan nyokap gue, disini gue bakalan cerita tentang kehidupan gue
sebagai anak remaja yang memulai mencari jati diri akan kehidupan, masa depan,
dan cinta.
SMA
N 1 CIAWIGEBANG itu nama sekolah gue, gue anak kelas 3 dong sekarang. Semua
juga tahu masa SMA masa-masa paling indah, paling seru dan paling menyenangkan.
Ngomongin
soal masa SMA gak lengkap kalau gak ngomongin soal cinta. Gue jatuh cinta,
jatuh cinta pada pandangan kedua, sekaligus cinta pertama dan cinta monyet.
Kebayang kan satu orang tapi mempunyai banyak arti dalam hidup gue.
Namanya
Damar, gue ketemu dia pertama kali di perpus sekolahan gue, kita berantem memperebutkan satu buku yang sama. Dari
semenjak itu hubungan kami tak pernah harmonis, setiap ketemu ada aja yang
bikin kita cekcok.
Gue
baru sadar kalau gue suka dia setelah dia lulus dari sekolah kita. Sampai
sekarang setiap ke perpus gue selalu ingat dan mengenang tentangnya.
Kisah
cinta yang endingnya gue gak tahu, gue gak tahu dia punya perasaan yang sama
dengan apa yang gue rasakan. Yang gue tahu hati ini tak pernah dan tak akan
pernah utuh lagi sejak tak ada dirinya dalam hidup gue.
Mahoni
satu-satunya orang yang tahu tentangnya dari A sampe Z. Dia sahabat gue paling
deket karena kita sudah sahabatan dari TK. Tak ada yang kami tutup-tutupi satu
sama lain, selalu terbuka.
Hari
ini gue pergi ke perpus, seperti sedang menunggu seseorang datang tapi nihil
tak ada sosoknya. Mahoni selalu memotivasi gue buat move on tapi hati gue gak
bisa.
“Ara...
Ara... kebiasaan loe gak ilang-ilang” panggil mahoni ketika melihatku duduk di
pojokan perpustakaan favorit gue.
“gue
ini, terus masalah buat loe? Pan gak” jawab gue acuh meneruskan kegiatan
bengong gue di perpus.
“Ke
kantin aja yuk! Dari pada disini lagian dia gak akan datang” katanya yang sontak membuat gue bangkit dan pergi
dari tempat itu, mahoni hanya mengikuti gue dari belakang dengan rasa
bersalahnya.
***
Untuk kesekian kalinya gue bengong di
perpus, menunggu jam istirahat berlalu. Tiba-tiba seseorang menepuk bahu gue,
mau gak mau gue nengok kearah tepukan bahu.
“Kak Damar...” gue kaget mendapati
sosok yang tak asing lagi di mata dan hati gue.
“Gue bukan hantu, jadi biasa aja
liatnya” katanya membuat gue seneng sekaligus kesel.
“Ngapain kesini?” tanya gue ketus,
menyembunyikan rasa sebenernya, J
“Kangen sama orang, mmm... kangen
berantem sama si muka jelek” perkataannya dengan senyum tersungging di bibirnya
membuat pipi gue merona merah, setahu gue cuman gue yang di bilang si muka
jelek sama Kak Damar.
“....”
gue gak bisa ngomong apa-apa terpaku di tempat gue, sampai dia ngibas-ngibaskan
tangannya depan muka gue.
“Kalau diliat dari cara loe bengong
kayaknya loe juga kangen sama gue?” kalimatnya buat gue lagi-lagi bungkap
seribu bahasa.
“Pede gila!” hanya dua kata itu yang
keluar, gue buru-buru pergi meninggalkannya di perpus dengan perasaan campur
aduk. Tapi didominasi dengan rasa senang luar biasa. Dari kejadian barusan gue
kayaknya bakalan senyam-senyum sendiri. J
***
Beberapa hari kemudian dari kejadian
itu, pas sepulang sekolah gue dapet kabar gembira lagi, bayangin nyokap bilang
dia mau ngenalin “temennya” sama gue, kirain gue kan selama ini nyokap nutup
dirinya karena kepergian bokap tapi ternyata dia ketemu sama cinta pertamanya
sewaktu SMA.
Gue sih ikut seneng, dan malam ini gue
akan makan malam dengan calonnya nyokap. Yang gue tahu beliau duda anak 1, katanya
anak laki-lakinya lebih tua 2 tahunan dari gue.
Semoga gue bisa cocok sama dia supaya
nyokap gue dan bokapnya bisa menikah dan bahagia. Amiiiinnn.. J
Pertemuan malam ini dilaksanakan
dirumah makan bebek kuningan, disana ada gue, nyokap, calon bokap dan calon
nenek gue. Minus calon kakak tiri kata cabok gue(calon bokap) dia gak bisa
dateng karena ada acara kampus gitu.
Sejauh ini gue suka sama cabok dan
nenek gue itu, tak disangka mereka walcome dan ramah abis. Serasa gue sudah
jadi bagian keluarga mereka. Setelah pertemuan ini om arbi akan menikahi mamah
dalam waktu sebulan lagi. Oh bahagianya malam ini dan semua kebahagiaan itu
terpancar dari semua wajah kami berempat.
***
Hari ini gue dapet surat sewaktu gue
pergi ke perpus, gue kaget karena sejak kapan bu tree jadi burung hantu kayak
di film harry potter. Hehehe...
Surat beramplop biru itu gue baca di
tempat favorit gue di pojokan perpus. Gue buka amplopnya lalu gue makan, ya
ngak lah gue pasti baca, J
Dear
ara,
Aku
gak tahu lagi ngapain sekarang, yang jelas aku tak bisa menyingkirkan muka
jelekmu itu dari awal pertama bertemu sampai sekarang. Setelah kebersamaan kita
terpisah oleh waktu aku sadar kalau aku suka sama kamu. Aku akan tunggu jawaban
kamu nanti sepulang sekolah. Aku harap akan memberikan aku jawaban yang
membahagiakan.
Yang
lagi kangen,
Damar
Gue gak bisa gambarin gimana perasaan
gue sekarang, sekeliling gue jadi banyak kembang api, langit berubah jadi cerah
dan diwarnai pelangi hari gue semarak lebih semarak dari karnaval.
‘jawabannya
hanya satu Kak, aku juga suka’ gue ngomong dalam hati. Gue senyum-senyum
sendiri dari pas istirahat sampai jam pulang sekolah, mahoni mandang gue aneh,
dia malah nyangka aku kesambet setan perpus.
***
Langit
sedang turun hujan, gue nunggu dia di parkiran kayaknya tinggal gue aja deh
yang belum pulang. Hampir 30 menitan gue nunggu, Bener kata orang menunggu itu
hal tidak menyenangkan sama sekali. Kalau nunggunya sih gak apa-apa tapi
dinginnya itu loh gak kuat.
Gue
udah jongkok, duduk, berdiri, senderan lari-lari kecil supaya gak dingin tapi
yang di tunggu baru nongol dengan motor dalam keadan basah kuyup.
“Maaf,
tadi ada rapat dulu, setelah selesai gue langsung kesini” katanya merasa
bersalah
“Mmmmm”
gue hanya bergumam karena kedinginannya
“Oya,
ini” dia mengambil jaket yang ada di dalam tasnya, dia gak pake jaket karena
takut gue butuh, dulu juga loh! kok kayak de javu gitu.
“Makasih
Kak, lain kali kalau gak bisa ngabarin aja” gue blak-blakan sama dia.
“Iya-iya
maaf! Gue anter pulang yah” tawarnya gue hanya ngangguk dan kami berdua
menerobos tangisan langit.
Sesampainya dirumah pakaian kita basah
kuyup, gue sih ngajak dia buat ngeringin badan dan meminjamkan pakaian bokap
gue. Tidak butuh waktu lama dia berganti pakaian.
“Ini Kak tehnya” gue membuatkannya teh,
kan kasihan lagian hujan-hujan gini enaknya minum teh.
“Makasih” dia meminumnya tanpa ditiup
“awwwww... panas” pekiknya yang bikin gue dan Kak Damar ketawa ngakak karena
tingkahnya. Diluar terdengar suara mobil berhenti, pasti nyokap sama om arbi.
Tak lama mereka masuk, sesampainya di
dalam tiba-tiba om Arbi mengenali sosok Kak Damar.
“Damar” memanggil orang yang berada di
samping gue. “Papah” gue kehilangan kata-kata sumpah kaget banget. Yang tadinya
hari paling membahagiakan menjadi hari paling campur aduk gado-gado aja kalah
ruwet.
***
Semenjak itu gue gak ketemu Kak Damar
sampai hari pernikahan orang tua kami. Mereka terlihat bahagia, tak tega
merusak kebahagian mereka hanya karena keegoisan gue yang menyukai Kak Damar.
Gue dan nyokap diboyong bokap tiri gue
ke rumahnya, yupz.. gue dan Kak Damar bakalan tinggal serumah. Bayangkan
tinggal sama orang yang loe suka tapi loe gak bisa menggapainya seperti “punguk
merindukan bulan”, kalau di bahasa sunda mah “anjing ngagogokan kalong”.
Yang lebih parah lagi gue tinggal di
sebelah kamarnya di lantai atas sedangkan orang tua kita berada di lantai
bawah. Pas pertama kali gue masuk rumah ini yang tergambar cukup besar untuk
ditinggali kita berempat. Lengkap dengan taman, ruang baca dan kolam renang.
Rumah ini memiliki satu asisten rumah tangga namanya mbok bambu, orangnya ramah
dan seru kayaknya gue bakalan cocok sama dia.
Yang terpenting gue suka banget sama
kamar ge, dari mulai interiornya dan ah pokoknya gue suka semuanya. Dan gue
baru tahu yang desain kamar gue adalah Kak Damar, dia kenal baik gue dan apa
yang gue suka.
‘Ah Kak Damar, andai saja kau bukan
kakak tiri ku...’ gurutuku dalam hati.”Bicara apa aku ini? Lupakan itu dia
kakakmu sekarang!” gue ngeyakinin diri gue supaya menepis jauh-jauh rasa itu.
***
Selama beberapa bulan ini gue sibuk
sama kegiatan persiapan UN, meskipun begitu gue masih sering curhat-curhatan
sama mahoni tentang keluarga baru gue.
Sepulang sekolah gue pergi ke kamar
untu mandi setelah itu gue nyari buku di ruang baca, setelah beberapa menit gue
nyari akhirnya tuh buku ketemu. Buku kumpulan soal-soal UN milik Kak Damar itu
gue baca di ayuan dekat kolam renang.
Gue gak ngeh kalau sejak tadi ada orang
yang merhatiin gue dari balkon. Orang itu menghampiri gue dan duduk di samping
gue.
“Mau gue bantuin?” tawarnya
“Boleh, ada soal yang aku gak ngerti
Kak” jawabku.
“Yang mana yang gak ngerti?” tanya kak
Damar lagi, gue langsung menunjuk sola yang gue anggep susah itu.
“owh.. itu si gampang, gini caranya...”
dia menjelaskan padaku soal-saol yang menurutku susah dengan jelas dan
terperinci.
Ini pertama kalinya kita berdua ngobrol
setelah beberapa bulan kami hanya bertegur sapa seadanya, bahkan kami tak
bernah bertengkar seperti dulu, selebihnya tidak terlalu memperdulikan
keberadaan satu sama lain. Hari ini kebekuan kami mencair. Mungkin kedepannya
kami akan menjadi sodara normal sewajarnya seperti yang lain.
Adanya kejadian hari ini gue inget sama
salah satu kata-kata Maulana Jalaludin Rumi “When
you find love, you will find yourself” tapi kata-katanya di ganti buat
kasus gue sama kak Damar jadi begini “when
you find brother, you will find yourself” J
‘kok gue ngelantur gini yah ngomongnya?
Sepertinya gue mulai gila gara-gara
sindrom UN’ apa hubungannya juga?
***
Gue lulus dengan nilai yang lumayan,
ini berkat Kak Damar yang bantuin gue. Setiap kelulusan pasti ada from night.
Gue gak tahu mau dateng sama siapa, secara gue jomblo gitu.
Papah tiri gue minta anaknya buat temenin gue ke acara
itu, alhasil ge bakalan kesana sama Kak Damar. Yang paling ribet adalah nyokap
gue, dia siapin gaun buat datang kesana, padahal gue kan bisa pake baju biasa
aja kenapa harus beli buang-buang uang aja tapi nasi sudah menjadi bubur
tinggal pake ayam, kecap, sambal, dan kerupuk enak kan tuh.plak gak nyambung
kan?
Gue di permak mamah dua jam lamanya,
gue sih gak yakin hasilnya. Bukan karena mamah gak jago tapi karena muka gue
yang pas-pasan. J
Pertama kali gue liat bayangan di
cermin ini bukan gue asli berubah banget dari yang tadinya itik buruk rupa
menjadi angsa yang cantik jelita. Bukan gue aja yang berpendapat kayak gitu
bonyok plus kak Damar juga. Gak apa-apalah jadi ratu semalam ini doang.
Pukul 19.00 gue berangkat ke from
night, kedatangan gue sama kak Damar jadi pembicaraan anak-anak satu angkatan
gue. Gue ketemu mahoni yang datang
dengan kak Jati teman kak Damar, gue gak
tahu mereka deket dari sejak kapan yang jelas gue turut bahagia deh buat sahabat
gue itu.
Oya di sekolah tanpa orang nyebelin gak
akan lengkap, itu berlaku buat gue, Tree adalah orang yang sangat-sangat
nyebelin dan reseh. Malam itu bersama antek-anteknya dia menghampiri gue dan
tanpa tendeng aling-aling dia nyerocos depan orang banyak dengan suara
cemprengnya.
“Hai Ara, loe datang sama Kakak loe?
Kenapa karena kasih tak sampai yah?” katanya sambil liatin gue dengan tatapan
mencela.
“Kenapa gak bisa ngomong? Gue salah
kalau bilang cinta loe terhalang nyokap sendiri, kayaknya bagus dijadiin judul
cerpen yang biasa loe tulis” dia terus aja ngoceh. “Gimana rasanya orang yang
loe cinta jadi kakak loe sendiri? Kasihan banget!” tambahnya.
“Itu bukan urusan loe, terserah gue mau
gue suka sama kakak gue sendiri, mau gue suka sama siapa kek, kenapa loe yang
repot? Dan gue bukan orang yang perlu dikasihani. Yang perlu dikasihani
sebenernya loe yang selalu iri sama gue. Kenapa loe gak mampu jadi gue atau loe
gak mampu dapetin cinta loe karena dia lebih naksir gue?” kalimat itu yang
keluar dari mulut gue. Bodo amat dah pikiran orang lain. Gue meloyor pergi
diikuti dengan langkah kak Damar.
***
Gue nangis sejadi-jadinya di taman
dekat rumah, sumpah tadi omongan tree yang paling menyakitkan.kalau bahasa anak
sekarang sakitnya tuh disini#tunjuk hati.
Kak Damar menghamiri gue, dia meluk
gue. Itu yang membuat gue tambah sakit. Dalam pelukan seseorang yang kita tidak
dapat miliki. Perasaan gue gak bisa di bendung atau dibunuh, aku sayang dia,
sayang banget. Serasa tak ingin melepaskannya.
“Tolong jangan lalukan ini padaku!” gue
memulai membuka mulut ditengah-tengah sakit.
“Maaf!” hanya sebatas itu yang dia
katakan
“Maaf untuk apa?” ucapku yang masih
terisak
“Maaf karena aku gak bisa lindungi kamu
dan perasaan kamu. Aku sayang banget sama kamu lebih dari rasa sayang kakak ke
adiknya tapi rasa sayang itu hanya dapat melukai kamu lebih dalam” ucapnya
sembari mengusap air mataku.
“Bukan salah Kakak, hanya keadaan yang
tidak memungkinkan” ujar gue sok bijak
Dia kembali memeluk gue ”Rasanya aku
tak mau melepaskanmu” perkataannya membuatku diam, kemudian tak terasa bibirnya
menyentuh bibirku ada kehangat, lembut dan terasa manis. Seolah semua
pertanyaan tentang perasaannya terjawab sudah, dia memiliki perasaan yang sama
dengan perasaan aku. Langit tiba-tiba bertabur bintang sungguh malam yang indah
diantara malam-malam sebelumnya. Namun keindahan itu tak berlangsung lama
seperti pertemuan cinderella dengan pangeran yang di batasi waktu. Begitu pun
dengan kisah kami berdua.
Tanpa disangka dua pasang suami istri
yang sedang berdiri di balkon rumah melihat semua kejadian tersebut.
***
Keesokan hari kita sarapan seperti
biasa, tahu-tahu papah membuka pembicaraan mengenai sekolahku. “Ara sayang kamu
sudah menganggap neneknya Damar sebagai nenek kamu sendirikan?”
“Ya, kenapa pah?” tanya gue mengoleskan
roti dengan selai coklat favorit gue.
“Gimana kalau kamu kuliah dan tinggal
di tempat nenek di Bandung, kasihan dia gak ada yang ngurusin!” paparnya
menyakinkan gue
“Kenapa ngak Damar aja pah, kan cucunya
Damar bukan Ara?” kata kak Damar
“Kamu kan udah kuliah di sini, bakalan
ribet lagi nantinya, mamah juga sudah setuju” katanya lagi sambil memasukan
roti terakhirnya.
“Kalau mamah sama papah sudah
memutuskan aku sih tinggal ngikt aja” gue pasrah sama keputusan mereka mungkin
ini jalan terbaik buat gue dan perasaan gue.
“kalau kamu sudah setuju, kamu harus
mulai berkemas nanti sore papah sama mamah anterin kamu ke Bandung” tambahnya
lagi kemudian papah pergi ke kamarnya.
Setelah selesai gue pergi ke kamar dan
berkemas dibantu mamah, hanya barang-barang yang penting aja yang gue bawa. toh
cuman sementara kau disana.
Selamat tinggal kota Kuningan, selamat
tinggal cinta pertamaku. Semoga dengan gue pindah ke Bandung gue bisa
menormalkan hubungan dan perasaan gue dengan Kak damar.
***
Empat tahun itu cepet banget yah, gila
serasa kemarin gue dianterin bonyok ke rumah nenek di Bandung. Kembali ke
Kuningan untuk yang pertama kalinya setelah lulus. Selama ini gue gak pernah
komunikasi dengan Kak Damar, gimana keadaannya sekarang? Hal tersebut yang
pertama yang terlintas di otak gue.
Waktu empat tahun tak mengilangkan
perasaan gue, sejauh apa pun gue lari tetap banyangannya selalu di pelupuk
mata. Gue kangen banget sama Mahoni, orang tua gue, kakak tiri gue dan adik
kembar gue yang lucu-lucu. Tapi gue lebih kangen sama sosok yang selama ini ada
di hati gue. Kak Damar.
Sebelum pulang ada seseorang yang
katanya melamar aku, semua keluarga sudah setuju tinggal gimana aku mau
menerima apa gak. Hari ini batas waktunya aku memberikan jawaban atas
pinangannya. Pinangan dari orang yang aku tak tahu bagaimana rupanya.
Akhirnya gue sampai di rumah bersama
nenek, semuanya tampak sama tak ada yang berubah.
“Assalamualaikum.. mamah, papah, raka,
rayi Ara pulang!” teriakku memasuki rumah.
“Kak Ara pulang, hore” rayi menyambut
gue dan raka yang narik-narik gue supaya masuk ikut nya ke ruang keluarga.
Disana ada Mahoni, Kak Jati, Kak Damar, papah, mamah. ‘Ada apa ini sebenarnya?’
tanya gue dalam hati.
“Ara gimana kabar kamu, Sayang!” mamah
memeluk gue, di ikuti dengan Mahoni “gila gue kangen banget sama loe”.
“Duduk Ara, kamu sudah memikirkan
tentang pinanganmu kan?” tanya papah, gue langsung duduk di sampingnya.
“Pah aku baru nyampe, harus sekarang
emang?” protes gue
“Harus, karena orangnya menunggu
jawaban kamu” kata-katanya sontak membuat gue celingak-celinguk mencari sosok
yang meminang gue.
“nyari apa kamu Ara? Dia ada di depan
kamu sekarang” sontak gue kaget, yang ada depan gue sekarang kan kak Damar,
deg. Gak mungkin Kak damar kan?
“Siapa mah? Depan aku kan kak Damar”
gue memastikan, gue gak mau geer atau salah tanggap.
“Ya dia, Damar anak papah yang paling
ganteng” gue melongo mendengar kata-kata papah.
“Kalau kamu setuju dua bulan lagi kamu
dan Damar langsung nikah” kata nenek yang ternyata sudah mengetahui segalanya.
Gue gak bisa bilang apa-apa cuman bisa
menganggukan kepala tanda menyetujui pernikahan.
***
Waktu berdua di balkon, kak Damar
jelasin kenapa bisa kejadian ini terjadi. setelah aku ke Bandung, kak Damar
cerita semuanya. Tentang gue, dia dan perasaan kami. Mamah dan papah sepertinya
mengetahui itu kemudian mereka meminta pendapat nenek tapi ternyata mereka
bertiga menyetujui hubungan kami karena menurut mereka kami bisa menikah karena
tak ada hubungan darah diantara kami.
Untuk mendapatkan kebahagiaan kita
harus mendapat rasa sakit dan bahagia itu membutuhkan pengorbanan. Karena kebahagiaan
itu akan ada pada waktunya.
Dua bulan lagi aku akan menikah bersama
orangyang benanr-benar aku sayangi. Yang namanya hati memang tak pernah salah
dan bohong. Dan kebahagian kita ditentukan oleh kita sendiri.
Manusia hakekatnya seperti kertas
putih, tulisan atau goresannya tergantung kita. Karena setiap paragraf yang
gagal belum tentu paragraf yang lainnya juga gagal melainkan akan sukses.
Seperti kisah gue dan kak damar. J
tamat
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar