Powered by www.tvone.co.id
(Double click pada layar TV untuk fullscreen, klik stop untuk berhenti)



jadwal acara dan situs resmi TV ONE www.tvone.co.id




Selasa, 25 November 2014

BAHASA DAN SASTRA



Buat gue hari ini adalah hari paling menyenangkan dimana gue gak usah repot-repot pakai seragam sekolah putih abu-abu lagi, dan yang lebih penting gue gak akan panas-panasan ikut upacara tiap senin secara sekolah SMA gue itu paling rajin mengadakan upacara. Sekarang gue mahasiswa lebih tepatnya tiga hari lagi gue jadi mahasiswa, selama tiga hari ini gue masih berpredikat calon mahasiswa.
            Syarat jadi mahasiswa adalah melalui ospek, kalau di tivi-tivi cih ospek selalu menjadi hal yang mengerikan buat mahasiswa baru (maba). Dari kejadian-kejadian di tivi (dalam berita maupun ftv) gue menyiapkan diri supaya gak ada kesalahan hari ini, dan gue bakalan terbebas dari hukuman kakak kelas.
            By the way, kampus gue terhitung kampus terkenal di kota gue. Gue melenggang menelsuri jalanan menuju gerbang kampus tiba-tiba ada yang berteriak kalau dari suaranya sih cowok.
            “Woy awas!” teriak cowok itu sontak membuat gue noleh kebelakang dan minggir,
            “Loe bisa bawa motor gak?” teriak gue menghampiri dia di tempat parkir untuk seperkian detik tatapan kami bertemu.
            “Calm aja, lagian emang itu jalan milik nenek moyang loe apa?” dengan lagaknya yang sok itu dia melangkahkan diri melewati gue masih terpaku di tempat gue.
            “Heh, dari pakean loe th kayaknya kita seangktan deh, jadi gaya loe jangan senga dong” kata gue melangkahkan kaki gue mencoba menyusulnya.
            “Dasar cewek masalah keci aja di gede-gedein, terserah deh males ngeladeninnya” kata dia mempercepat langkahnya, hingga gue gak bisa ngejar lagi. ‘gila gue dongkol banget sama tuh orang gayanya selangit, so cool!’ dalam hati.
Tiba-tiba seseorang nepuk pundak gue dan di berkta ke gue dengan seulas senyumnya yang manis “De anak baru di suruh ke lapangan”. Gue si nurut aja saking terpesonanya.
***
            Hari ini hari ketiga ospek, jangan tanya gue soal dua hari kemari yang pasti jawabannya satu cuuuaaaapee banget. Sumpah gue gak bo’ong! Loe bisa rasain sendiri bagaimana capenya ngejalanin kegiatan ospek yang seabreg-abreg meskipun tak ada kekerasan sama sekali. Tapi tetep aja loe bakalan pulang dalam keadaan letih, lesu, lunglai dan kerabat-kerabatnya.
            Kalau gue ceritaain gimana kegiatan ospek ini bakalan gak sada habis-habisnya karena ceritanya panjang kali lebar pokoknya luas persegi panjang dah.  Yang jelas kegiatan ini lebih seru kalau diceritai nanti bukan dijalaninnya.
            Oya kenalin temen gue Rima yang rempongnya minta ampun. Ini terbukti ketika gue gak sengaja liat cowowk senga yang gue temuin di depan sekolah yang ternyata ruang ospeknya depan ruang ospek gue, Rima berkoar-koar ngeledekin gue naksir sama cowok itu. Bahkan dia rela nyari informasi siapa cowok itu dan prodi apa. Lebih parah lagi yang tentu saja bikin gue malu Rima malah nyalamin gue sama cowok itu. Sumpah itu bikin gue tengsin abis.
            “Bahasa ada salam dari Sastra” Teriaknya ketika  kita berada di depan ruangan ospek masing-masing, pake nunjuk-nunjuk segala ke arah gue. Kejadian itu di liat beribu pasang mata mahasiswa baru maupun senior yang lagi istirahat. Sumpah gue rasanya kepingin ngilang pada saat itu juga. Tengsin banget apalagi ditambah tuh cowok lagi bisa-bisanya dia gak peduli.
            Gue sontak menarik Rima niatnya sih meluruskan kesalahfahaman dia, “Rim, gue gak suka Angan”
            “Kata loe, loe benci dia?” katanya sok polos
            “Ya loe tuh tahu, gue emang benci dia” ujar gue kesel
            “Tapi Sas, biasanya kalau di novel-novel, film, drama korea, dan ftv benci adalah awal dari cinta” gue hanya melongo mendengar perkataannya barusan mana mungkin kehidupan cinta gue di disamakan dengan kisah dalam novel, film, drama korea maupun ftv coba? gue cuman bisa geleng-geleng kepala menanggapi pemikiran temen gue ini.
***
            Serasa baru kemarin gue ospek tahu-tahu udah semester 4 aja, waktu cepet banget. Dan gue punya kabar gembira. Gue baru jadian 2 bulan sama senior gue yang dulu nepuk gue pas hari pertama ospek, namanya Drama.
            Dia cowok yang mendekati sempurna, baik, seru, ramah, dan perhatian. Semua kriteria yang cewek inginkan ada padanya. Termasuk kriteria cowok idaman gue. Hehehehe
            Gue lagi nunggu dia di depan kampus, katanya sih mau nganterin gue pulang ngampus tapi sudah 3 jaman dia gak ada kabarnya.
            Drettt... dreeeeettttttt.... drrrrrreeeet.... Hp gue geter-geter ‘mungkin sms dari Drama’ pekik gue dalam hati. Pas gue buka:
Drama:
Sayang, sry aku gak bsa anter km plng, tba2 ad keperluan.  Lain X aja y! Plizzzz #melas
Gue menekan tombol hp gue dan mengirim sms ke dia dan beberapa menit sms gue terkirim ke hpnya.
Sastra:
Ya sayang, ydah gpp. Tapi kenapa gak blng dr tdi q kn g hrs nunggu lma.
Drama:
Thx y sayang, iy.. iy.. sry g akn ulng lgi deh janji! jdi tambah syng deh q ma km. Bye sayang muach....
Asli gue kecewa sama Drama teganya dia suruh gue nunggu selama 3 jam dan dia dengan seenaknya batalin janji dia. Saking keselnya gue malah duduk di trotoar depan kampus, tiba-tiba sepedah motor berhenti di depan gue pas yang empunya motor buka helmnya ternyata itu Bahasa.
“Ojeg loe kemana?” katanya yang menueur gue so banget.
“kalau loe kesini cuman mau ngajak gue ribut loe salah pilih waktu gue lagi gal mood ladenin loe” ujar gue yang melai beranjak dari dia
“Mau bareng gue gak?” ajaknya yang bikin gue berhenti dan menoleh kebelakang.
“Apa?” gue memastikan siapa tahu gue salah denger kan
“Loe mau bareng gue gak, kebetulan arah rumah kita searahkan?” tawarnya dengan nada yang berbeda dari tadi kali ini lebih lembut.
Gue hanya mengangguk bingung, gak apa-apa dah yang penting gue bisa pulang lagian gue cape banget nunggu Drama 3 jam.
Selama perjalanan gue dan dia ngobrol banyak tentang kuliah, tentang ospek(dia minta maaf gitu hampir nabrak gue dlu. Yes.. hehehehehe). Dari obrolan kita sejauh ini sih nyambung, aneh! Gue ngrasa nyaman dan sudah deket banget sama dia. ‘ah gue gak mau mikir apa-apa sekarang yang penting gue bisa pulang’ kata hati gue yang sudah begitu berkerja keras kali ini.
***
Kuliah tanpa tugas bukan kuliah namanya, begitu juga dengan gue yang kali ini mendapat tugas dari dosen tercinta gue. Kenapa dosen tercinta? Karena gue paling suka sama mata kuliahnya, serasa gue banget. Hehe#plak
Dan untuk menyelesaikan tugas itu gue harus cari buku yang bersangkutan, itulah mengapa gue berada di toko buku terbesar kota gue bersama sahabat gue Rima.
15 menit waktu untuk mencari buku yang kami cari tapi kami menghabiskan 2 jam berada di toko buku itu. Maklum gue lupa diri kalau berada di toko buku langsung laper mata, rela gak jajan. Hehe.. Setelah memebeli beberapa buku gue dan Rima memutuskan makan di cafe yang berada di pinggir toko bukunya. Males nyari tempat makan lain dan disini juga makanannya enak.
Kita duduk di bangku dekat jendela. sambil menunggu pesanan kami datang, kami ngobrol lebih tepatnya gue yang curhat tentang bagaimana sikap Drama akhir-akhir ini yang gak ada buat gue dan pertemanan gue sama Bahasa. Sedang sayik ngobrol sembari makan tiba-tiba gue terdiam melihat pemandangan yang kalau loe liat pasti membuat loe ingin melempar sepatu loe yang lagi dipake sekarang.
“Itu bukanya Drama Sas, kok dia mesra banget sama Nada? Rima yang menyadarkan gue kalau yang gue liat gak salah.
“Dia....”
“Selingkuh dari Loe” gue gak bisa nyelesain kalimat gue yang akhirnya diselesaikan Rima. Sontak gue berdiri dan medatangi mereka berdua yang duduk tak jauh dari meja kami.
“Kak Drama, selamat atas pacar barunya dan selamat juga atas kebebasan kita! Kita PUTUS!” hanya itu yang keluar dari mulut gue dengan senyum tersungging disana. Mereka berdua hanya bengong karena kaget.
Gue meninggalkan tempat itu di ikuti dengan Rima yang tak lupa membayar makanan tadi, setelah jauh dari tempat Drama dan Nada, gue nangis sejadi-jadinya. Tangisan ini yang terakhir kalinya. Gue janji! Tanpa di sadari ada seseorang selain Rima yang merhatiin gue.
***
Rasa sakit itu menjadi motivasi gue paling kuat, gue ingin membuktikan dia telah salah nyia-nyiain gue. Dan itu di mulai dari belajar sungguh-sungguh mengejar apa yang gue mau. Menjadi sarjana!
Dan itu terlaksana dengan manisnya hari ini di hadapan semua orang gue dapet gelar sarjana dengan nilai terbaik.  Congratulations for me! Hahahahaha..
Kebiasaan yang berlangsung selama ini di kampus gue adalah setiap mahasiswa yang meraih nilai terbaik dia akan memberikan sambutannya, gue menyiapkannya di bantu Rima tiga hari sebelum hari H. Dan disini lah gue sekarang acara wisuda gue.
“Silahkan naik ke panggung kehormatan untuk salah satu mahasiswa dengan nilai terbaik taun ini yang akan memberikan sambutannya katanya. Kepada sodari Sastra Mahardika waktu dan tempat kami persilahkan” MC mempersilahkan gue untuk menaiki panggung, gue melangkah naik ‘gila ini jauh lebih deg-degan dari pada ditembak drama dulu(usir cantik ingetan itu!hahaha)’ kata hati gue yang belum bisa tenang.
“Assalamualaikum Wr.. Wb.. yang terhormat bapak dekan, para dosen yang saya hormati dan teman-teman seperjuangan yang berahagia. Sebenarnya ini bukan sambutan lebih tepatnya sepatah-dua patah kata dari saya.  Mungkin kita pernah berada di titik terbawah hidup kita dan banyak orang menertawakannya, kalian tahu seperti angry bird yang ditertawakan babi-babi.yah seperti itu tapi percayalah bahwa itu tak selamanya yang kau perlu lakukan adalah bangkit dan memulainya dari awal. Buktikan bahwa kita bisa lebih baik dari kita sebelumnya. Jangan putus asa! Mari menjadi kita yang lebih baik lagi, selamat atas kelulusannya! terimakasih Wassalamualaikum Wr.. Wb..” gue mengakhiri sambutan gue yang di sambut oleh tepuk tangan riuh dari audience.
Saat gue beranjak turun, langkah gue terhenti ketika layar di balakang gue memunculkan sebuah tayangan yang membuat gue terperangah yang sekarang muncul itu gambar gue dari mulai gue ospek, bengong di perpustakaan, makan di kantin, jalan di koridor, saat gue nunggu di depan kampus, saat gue nangis dan masih banyak lagi. Hati gue sempet protes ‘kok pake ada gambar gue yang lagi mewek segala? Tapi gak apa-apa yang penting gue kelihatan cantik. hehehe’
Lebih terperangah lagi ketika Bahasa berdiri dari tempat duduknya menghampiri gue yang berada di atas panggung setelah kita saling bertatapan dia berjongkok(posisi mau ngelama, kalian pasti tahukan?), kemudian mengeluarkan kotak beludru biru(karena gue suka biru kali ya, yang penting isinya, hehehehe.. gue bukan matre loh! J), dibukanya kotak tersebut yang isinya cincin cantik.
“Sastra, aku bukan orang yang bisa merangkai kata-kata romantis... tapi akan aku coba demi kamu!” dia tersenyum disela-sela ucapannya.
 “tanpa Sastra, Bahasa hanya akan hanya jadi sekumpulan kata-kata tak bermakna dan tanpa Bahasa, Sastra tak akan pernah tersurat dalam bentuk lisan maupun tulisan, jadi maukah kamu menjadi istri aku dan  jadi ibu dari anak-anak aku kelak? Supaya kita bisa saling melengkapi satu sama lain!” tanyanya
Aku hanya menutup mulutku tak percaya lamaran yang tak terduga sebelumnya dengan beribu pasang mata menjadi saksinya. Kemudian mengatakan ‘iya’ dengan anggukan kepala. Semuanya bersorak dengan riuh mungkin keriuhan sorakan mereka bisa membuat kampus kita roboh. Haha..
***
Ternyata Bahasa sudah suka sama aku disaat mata kami bertemu untuk pertama kalinya di tempat parkir, saat itu kita bertengkar. lebih penting lagi gue selama ini diperhatiin tapi guenya yang gak nyadar dan itu lebih dari cukup untuk membuat gue merasa di cintai, disayangi, dan bahagia.
Gue masih inget dosen gue pernah bilang bahwa ‘Bukan bagaimana kita tersenyum tapi apa yang membuat kita tersenyum.’ Beliau benar dan alasan gue tersenyum adalah adanya bahasa di hidup gue. Dan bentar lagi kita nikah! J
Ini kisah gue yang happy Ending, kisah loe mana? Hahaha
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar