Buat
gue hari ini adalah hari paling menyenangkan dimana gue gak usah repot-repot
pakai seragam sekolah putih abu-abu lagi, dan yang lebih penting gue gak akan
panas-panasan ikut upacara tiap senin secara sekolah SMA gue itu paling rajin
mengadakan upacara. Sekarang gue mahasiswa lebih tepatnya tiga hari lagi gue
jadi mahasiswa, selama tiga hari ini gue masih berpredikat calon mahasiswa.
Syarat jadi mahasiswa adalah melalui
ospek, kalau di tivi-tivi cih ospek selalu menjadi hal yang mengerikan buat
mahasiswa baru (maba). Dari kejadian-kejadian di tivi (dalam berita maupun ftv)
gue menyiapkan diri supaya gak ada kesalahan hari ini, dan gue bakalan terbebas
dari hukuman kakak kelas.
By the way, kampus gue terhitung
kampus terkenal di kota gue. Gue melenggang menelsuri jalanan menuju gerbang
kampus tiba-tiba ada yang berteriak kalau dari suaranya sih cowok.
“Woy awas!” teriak cowok itu sontak
membuat gue noleh kebelakang dan minggir,
“Loe bisa bawa motor gak?” teriak
gue menghampiri dia di tempat parkir untuk seperkian detik tatapan kami
bertemu.
“Calm aja, lagian emang itu jalan
milik nenek moyang loe apa?” dengan lagaknya yang sok itu dia melangkahkan diri
melewati gue masih terpaku di tempat gue.
“Heh, dari pakean loe th kayaknya
kita seangktan deh, jadi gaya loe jangan senga dong” kata gue melangkahkan kaki
gue mencoba menyusulnya.
“Dasar cewek masalah keci aja di
gede-gedein, terserah deh males ngeladeninnya” kata dia mempercepat langkahnya,
hingga gue gak bisa ngejar lagi. ‘gila gue dongkol banget sama tuh orang
gayanya selangit, so cool!’ dalam hati.
Tiba-tiba
seseorang nepuk pundak gue dan di berkta ke gue dengan seulas senyumnya yang
manis “De anak baru di suruh ke lapangan”. Gue si nurut aja saking
terpesonanya.
***
Hari ini hari ketiga ospek, jangan
tanya gue soal dua hari kemari yang pasti jawabannya satu cuuuaaaapee banget.
Sumpah gue gak bo’ong! Loe bisa rasain sendiri bagaimana capenya ngejalanin
kegiatan ospek yang seabreg-abreg meskipun tak ada kekerasan sama sekali. Tapi
tetep aja loe bakalan pulang dalam keadaan letih, lesu, lunglai dan
kerabat-kerabatnya.
Kalau gue ceritaain gimana kegiatan
ospek ini bakalan gak sada habis-habisnya karena ceritanya panjang kali lebar
pokoknya luas persegi panjang dah. Yang
jelas kegiatan ini lebih seru kalau diceritai nanti bukan dijalaninnya.
Oya kenalin temen gue Rima yang rempongnya
minta ampun. Ini terbukti ketika gue gak sengaja liat cowowk senga yang gue
temuin di depan sekolah yang ternyata ruang ospeknya depan ruang ospek gue,
Rima berkoar-koar ngeledekin gue naksir sama cowok itu. Bahkan dia rela nyari
informasi siapa cowok itu dan prodi apa. Lebih parah lagi yang tentu saja bikin
gue malu Rima malah nyalamin gue sama cowok itu. Sumpah itu bikin gue tengsin
abis.
“Bahasa ada salam dari Sastra”
Teriaknya ketika kita berada di depan
ruangan ospek masing-masing, pake nunjuk-nunjuk segala ke arah gue. Kejadian
itu di liat beribu pasang mata mahasiswa baru maupun senior yang lagi
istirahat. Sumpah gue rasanya kepingin ngilang pada saat itu juga. Tengsin
banget apalagi ditambah tuh cowok lagi bisa-bisanya dia gak peduli.
Gue sontak menarik Rima niatnya sih
meluruskan kesalahfahaman dia, “Rim, gue gak suka Angan”
“Kata loe, loe benci dia?” katanya
sok polos
“Ya loe tuh tahu, gue emang benci
dia” ujar gue kesel
“Tapi Sas, biasanya kalau di
novel-novel, film, drama korea, dan ftv benci adalah awal dari cinta” gue hanya
melongo mendengar perkataannya barusan mana mungkin kehidupan cinta gue di
disamakan dengan kisah dalam novel, film, drama korea maupun ftv coba? gue
cuman bisa geleng-geleng kepala menanggapi pemikiran temen gue ini.
***
Serasa baru kemarin gue ospek
tahu-tahu udah semester 4 aja, waktu cepet banget. Dan gue punya kabar gembira.
Gue baru jadian 2 bulan sama senior gue yang dulu nepuk gue pas hari pertama
ospek, namanya Drama.
Dia cowok yang mendekati sempurna,
baik, seru, ramah, dan perhatian. Semua kriteria yang cewek inginkan ada
padanya. Termasuk kriteria cowok idaman gue. Hehehehe
Gue lagi nunggu dia di depan kampus,
katanya sih mau nganterin gue pulang ngampus tapi sudah 3 jaman dia gak ada
kabarnya.
Drettt...
dreeeeettttttt.... drrrrrreeeet.... Hp gue geter-geter ‘mungkin sms dari
Drama’ pekik gue dalam hati. Pas gue buka:
Drama:
Sayang, sry aku gak bsa anter
km plng, tba2 ad keperluan. Lain X aja
y! Plizzzz #melas
Gue
menekan tombol hp gue dan mengirim sms ke dia dan beberapa menit sms gue
terkirim ke hpnya.
Sastra:
Ya
sayang, ydah gpp. Tapi kenapa gak blng dr tdi q kn g hrs nunggu lma.
Drama:
Thx
y sayang, iy.. iy.. sry g akn ulng lgi deh janji! jdi tambah syng deh q ma km. Bye
sayang muach....
Asli
gue kecewa sama Drama teganya dia suruh gue nunggu selama 3 jam dan dia dengan
seenaknya batalin janji dia. Saking keselnya gue malah duduk di trotoar depan
kampus, tiba-tiba sepedah motor berhenti di depan gue pas yang empunya motor
buka helmnya ternyata itu Bahasa.
“Ojeg
loe kemana?” katanya yang menueur gue so banget.
“kalau
loe kesini cuman mau ngajak gue ribut loe salah pilih waktu gue lagi gal mood
ladenin loe” ujar gue yang melai beranjak dari dia
“Mau
bareng gue gak?” ajaknya yang bikin gue berhenti dan menoleh kebelakang.
“Apa?”
gue memastikan siapa tahu gue salah denger kan
“Loe
mau bareng gue gak, kebetulan arah rumah kita searahkan?” tawarnya dengan nada
yang berbeda dari tadi kali ini lebih lembut.
Gue
hanya mengangguk bingung, gak apa-apa dah yang penting gue bisa pulang lagian
gue cape banget nunggu Drama 3 jam.
Selama
perjalanan gue dan dia ngobrol banyak tentang kuliah, tentang ospek(dia minta
maaf gitu hampir nabrak gue dlu. Yes.. hehehehehe). Dari obrolan kita sejauh
ini sih nyambung, aneh! Gue ngrasa nyaman dan sudah deket banget sama dia. ‘ah
gue gak mau mikir apa-apa sekarang yang penting gue bisa pulang’ kata hati gue yang
sudah begitu berkerja keras kali ini.
***
Kuliah
tanpa tugas bukan kuliah namanya, begitu juga dengan gue yang kali ini mendapat
tugas dari dosen tercinta gue. Kenapa dosen tercinta? Karena gue paling suka
sama mata kuliahnya, serasa gue banget. Hehe#plak
Dan
untuk menyelesaikan tugas itu gue harus cari buku yang bersangkutan, itulah
mengapa gue berada di toko buku terbesar kota gue bersama sahabat gue Rima.
15
menit waktu untuk mencari buku yang kami cari tapi kami menghabiskan 2 jam
berada di toko buku itu. Maklum gue lupa diri kalau berada di toko buku
langsung laper mata, rela gak jajan. Hehe.. Setelah memebeli beberapa buku gue
dan Rima memutuskan makan di cafe yang berada di pinggir toko bukunya. Males
nyari tempat makan lain dan disini juga makanannya enak.
Kita
duduk di bangku dekat jendela. sambil menunggu pesanan kami datang, kami
ngobrol lebih tepatnya gue yang curhat tentang bagaimana sikap Drama
akhir-akhir ini yang gak ada buat gue dan pertemanan gue sama Bahasa. Sedang
sayik ngobrol sembari makan tiba-tiba gue terdiam melihat pemandangan yang
kalau loe liat pasti membuat loe ingin melempar sepatu loe yang lagi dipake
sekarang.
“Itu
bukanya Drama Sas, kok dia mesra banget sama Nada? Rima yang menyadarkan gue
kalau yang gue liat gak salah.
“Dia....”
“Selingkuh
dari Loe” gue gak bisa nyelesain kalimat gue yang akhirnya diselesaikan Rima.
Sontak gue berdiri dan medatangi mereka berdua yang duduk tak jauh dari meja
kami.
“Kak
Drama, selamat atas pacar barunya dan selamat juga atas kebebasan kita! Kita
PUTUS!” hanya itu yang keluar dari mulut gue dengan senyum tersungging disana.
Mereka berdua hanya bengong karena kaget.
Gue
meninggalkan tempat itu di ikuti dengan Rima yang tak lupa membayar makanan
tadi, setelah jauh dari tempat Drama dan Nada, gue nangis sejadi-jadinya.
Tangisan ini yang terakhir kalinya. Gue janji! Tanpa di sadari ada seseorang
selain Rima yang merhatiin gue.
***
Rasa
sakit itu menjadi motivasi gue paling kuat, gue ingin membuktikan dia telah
salah nyia-nyiain gue. Dan itu di mulai dari belajar sungguh-sungguh mengejar
apa yang gue mau. Menjadi sarjana!
Dan
itu terlaksana dengan manisnya hari ini di hadapan semua orang gue dapet gelar
sarjana dengan nilai terbaik. Congratulations
for me! Hahahahaha..
Kebiasaan
yang berlangsung selama ini di kampus gue adalah setiap mahasiswa yang meraih
nilai terbaik dia akan memberikan sambutannya, gue menyiapkannya di bantu Rima
tiga hari sebelum hari H. Dan disini lah gue sekarang acara wisuda gue.
“Silahkan
naik ke panggung kehormatan untuk salah satu mahasiswa dengan nilai terbaik
taun ini yang akan memberikan sambutannya katanya. Kepada sodari Sastra
Mahardika waktu dan tempat kami persilahkan” MC mempersilahkan gue untuk
menaiki panggung, gue melangkah naik ‘gila ini jauh lebih deg-degan dari pada
ditembak drama dulu(usir cantik ingetan itu!hahaha)’ kata hati gue yang belum
bisa tenang.
“Assalamualaikum
Wr.. Wb.. yang terhormat bapak dekan, para dosen yang saya hormati dan
teman-teman seperjuangan yang berahagia. Sebenarnya ini bukan sambutan lebih
tepatnya sepatah-dua patah kata dari saya.
Mungkin kita pernah berada di titik terbawah hidup kita dan banyak orang
menertawakannya, kalian tahu seperti angry bird yang ditertawakan babi-babi.yah
seperti itu tapi percayalah bahwa itu tak selamanya yang kau perlu lakukan
adalah bangkit dan memulainya dari awal. Buktikan bahwa kita bisa lebih baik
dari kita sebelumnya. Jangan putus asa! Mari menjadi kita yang lebih baik lagi,
selamat atas kelulusannya! terimakasih Wassalamualaikum Wr.. Wb..” gue
mengakhiri sambutan gue yang di sambut oleh tepuk tangan riuh dari audience.
Saat
gue beranjak turun, langkah gue terhenti ketika layar di balakang gue
memunculkan sebuah tayangan yang membuat gue terperangah yang sekarang muncul
itu gambar gue dari mulai gue ospek, bengong di perpustakaan, makan di kantin,
jalan di koridor, saat gue nunggu di depan kampus, saat gue nangis dan masih
banyak lagi. Hati gue sempet protes ‘kok pake ada gambar gue yang lagi mewek
segala? Tapi gak apa-apa yang penting gue kelihatan cantik. hehehe’
Lebih
terperangah lagi ketika Bahasa berdiri dari tempat duduknya menghampiri gue yang
berada di atas panggung setelah kita saling bertatapan dia berjongkok(posisi
mau ngelama, kalian pasti tahukan?), kemudian mengeluarkan kotak beludru
biru(karena gue suka biru kali ya, yang penting isinya, hehehehe.. gue bukan
matre loh! J),
dibukanya kotak tersebut yang isinya cincin cantik.
“Sastra,
aku bukan orang yang bisa merangkai kata-kata romantis... tapi akan aku coba
demi kamu!” dia tersenyum disela-sela ucapannya.
“tanpa Sastra, Bahasa hanya akan hanya jadi
sekumpulan kata-kata tak bermakna dan tanpa Bahasa, Sastra tak akan pernah tersurat
dalam bentuk lisan maupun tulisan, jadi maukah kamu menjadi istri aku dan jadi ibu dari anak-anak aku kelak? Supaya kita
bisa saling melengkapi satu sama lain!” tanyanya
Aku
hanya menutup mulutku tak percaya lamaran yang tak terduga sebelumnya dengan
beribu pasang mata menjadi saksinya. Kemudian mengatakan ‘iya’ dengan anggukan
kepala. Semuanya bersorak dengan riuh mungkin keriuhan sorakan mereka bisa
membuat kampus kita roboh. Haha..
***
Ternyata
Bahasa sudah suka sama aku disaat mata kami bertemu untuk pertama kalinya di
tempat parkir, saat itu kita bertengkar. lebih penting lagi gue selama ini
diperhatiin tapi guenya yang gak nyadar dan itu lebih dari cukup untuk membuat
gue merasa di cintai, disayangi, dan bahagia.
Gue
masih inget dosen gue pernah bilang bahwa ‘Bukan bagaimana kita tersenyum tapi
apa yang membuat kita tersenyum.’ Beliau benar dan alasan gue tersenyum adalah
adanya bahasa di hidup gue. Dan bentar lagi kita nikah! J
Ini
kisah gue yang happy Ending, kisah loe mana? Hahaha
***