Powered by www.tvone.co.id
(Double click pada layar TV untuk fullscreen, klik stop untuk berhenti)



jadwal acara dan situs resmi TV ONE www.tvone.co.id




Selasa, 25 November 2014

BAHASA DAN SASTRA



Buat gue hari ini adalah hari paling menyenangkan dimana gue gak usah repot-repot pakai seragam sekolah putih abu-abu lagi, dan yang lebih penting gue gak akan panas-panasan ikut upacara tiap senin secara sekolah SMA gue itu paling rajin mengadakan upacara. Sekarang gue mahasiswa lebih tepatnya tiga hari lagi gue jadi mahasiswa, selama tiga hari ini gue masih berpredikat calon mahasiswa.
            Syarat jadi mahasiswa adalah melalui ospek, kalau di tivi-tivi cih ospek selalu menjadi hal yang mengerikan buat mahasiswa baru (maba). Dari kejadian-kejadian di tivi (dalam berita maupun ftv) gue menyiapkan diri supaya gak ada kesalahan hari ini, dan gue bakalan terbebas dari hukuman kakak kelas.
            By the way, kampus gue terhitung kampus terkenal di kota gue. Gue melenggang menelsuri jalanan menuju gerbang kampus tiba-tiba ada yang berteriak kalau dari suaranya sih cowok.
            “Woy awas!” teriak cowok itu sontak membuat gue noleh kebelakang dan minggir,
            “Loe bisa bawa motor gak?” teriak gue menghampiri dia di tempat parkir untuk seperkian detik tatapan kami bertemu.
            “Calm aja, lagian emang itu jalan milik nenek moyang loe apa?” dengan lagaknya yang sok itu dia melangkahkan diri melewati gue masih terpaku di tempat gue.
            “Heh, dari pakean loe th kayaknya kita seangktan deh, jadi gaya loe jangan senga dong” kata gue melangkahkan kaki gue mencoba menyusulnya.
            “Dasar cewek masalah keci aja di gede-gedein, terserah deh males ngeladeninnya” kata dia mempercepat langkahnya, hingga gue gak bisa ngejar lagi. ‘gila gue dongkol banget sama tuh orang gayanya selangit, so cool!’ dalam hati.
Tiba-tiba seseorang nepuk pundak gue dan di berkta ke gue dengan seulas senyumnya yang manis “De anak baru di suruh ke lapangan”. Gue si nurut aja saking terpesonanya.
***
            Hari ini hari ketiga ospek, jangan tanya gue soal dua hari kemari yang pasti jawabannya satu cuuuaaaapee banget. Sumpah gue gak bo’ong! Loe bisa rasain sendiri bagaimana capenya ngejalanin kegiatan ospek yang seabreg-abreg meskipun tak ada kekerasan sama sekali. Tapi tetep aja loe bakalan pulang dalam keadaan letih, lesu, lunglai dan kerabat-kerabatnya.
            Kalau gue ceritaain gimana kegiatan ospek ini bakalan gak sada habis-habisnya karena ceritanya panjang kali lebar pokoknya luas persegi panjang dah.  Yang jelas kegiatan ini lebih seru kalau diceritai nanti bukan dijalaninnya.
            Oya kenalin temen gue Rima yang rempongnya minta ampun. Ini terbukti ketika gue gak sengaja liat cowowk senga yang gue temuin di depan sekolah yang ternyata ruang ospeknya depan ruang ospek gue, Rima berkoar-koar ngeledekin gue naksir sama cowok itu. Bahkan dia rela nyari informasi siapa cowok itu dan prodi apa. Lebih parah lagi yang tentu saja bikin gue malu Rima malah nyalamin gue sama cowok itu. Sumpah itu bikin gue tengsin abis.
            “Bahasa ada salam dari Sastra” Teriaknya ketika  kita berada di depan ruangan ospek masing-masing, pake nunjuk-nunjuk segala ke arah gue. Kejadian itu di liat beribu pasang mata mahasiswa baru maupun senior yang lagi istirahat. Sumpah gue rasanya kepingin ngilang pada saat itu juga. Tengsin banget apalagi ditambah tuh cowok lagi bisa-bisanya dia gak peduli.
            Gue sontak menarik Rima niatnya sih meluruskan kesalahfahaman dia, “Rim, gue gak suka Angan”
            “Kata loe, loe benci dia?” katanya sok polos
            “Ya loe tuh tahu, gue emang benci dia” ujar gue kesel
            “Tapi Sas, biasanya kalau di novel-novel, film, drama korea, dan ftv benci adalah awal dari cinta” gue hanya melongo mendengar perkataannya barusan mana mungkin kehidupan cinta gue di disamakan dengan kisah dalam novel, film, drama korea maupun ftv coba? gue cuman bisa geleng-geleng kepala menanggapi pemikiran temen gue ini.
***
            Serasa baru kemarin gue ospek tahu-tahu udah semester 4 aja, waktu cepet banget. Dan gue punya kabar gembira. Gue baru jadian 2 bulan sama senior gue yang dulu nepuk gue pas hari pertama ospek, namanya Drama.
            Dia cowok yang mendekati sempurna, baik, seru, ramah, dan perhatian. Semua kriteria yang cewek inginkan ada padanya. Termasuk kriteria cowok idaman gue. Hehehehe
            Gue lagi nunggu dia di depan kampus, katanya sih mau nganterin gue pulang ngampus tapi sudah 3 jaman dia gak ada kabarnya.
            Drettt... dreeeeettttttt.... drrrrrreeeet.... Hp gue geter-geter ‘mungkin sms dari Drama’ pekik gue dalam hati. Pas gue buka:
Drama:
Sayang, sry aku gak bsa anter km plng, tba2 ad keperluan.  Lain X aja y! Plizzzz #melas
Gue menekan tombol hp gue dan mengirim sms ke dia dan beberapa menit sms gue terkirim ke hpnya.
Sastra:
Ya sayang, ydah gpp. Tapi kenapa gak blng dr tdi q kn g hrs nunggu lma.
Drama:
Thx y sayang, iy.. iy.. sry g akn ulng lgi deh janji! jdi tambah syng deh q ma km. Bye sayang muach....
Asli gue kecewa sama Drama teganya dia suruh gue nunggu selama 3 jam dan dia dengan seenaknya batalin janji dia. Saking keselnya gue malah duduk di trotoar depan kampus, tiba-tiba sepedah motor berhenti di depan gue pas yang empunya motor buka helmnya ternyata itu Bahasa.
“Ojeg loe kemana?” katanya yang menueur gue so banget.
“kalau loe kesini cuman mau ngajak gue ribut loe salah pilih waktu gue lagi gal mood ladenin loe” ujar gue yang melai beranjak dari dia
“Mau bareng gue gak?” ajaknya yang bikin gue berhenti dan menoleh kebelakang.
“Apa?” gue memastikan siapa tahu gue salah denger kan
“Loe mau bareng gue gak, kebetulan arah rumah kita searahkan?” tawarnya dengan nada yang berbeda dari tadi kali ini lebih lembut.
Gue hanya mengangguk bingung, gak apa-apa dah yang penting gue bisa pulang lagian gue cape banget nunggu Drama 3 jam.
Selama perjalanan gue dan dia ngobrol banyak tentang kuliah, tentang ospek(dia minta maaf gitu hampir nabrak gue dlu. Yes.. hehehehehe). Dari obrolan kita sejauh ini sih nyambung, aneh! Gue ngrasa nyaman dan sudah deket banget sama dia. ‘ah gue gak mau mikir apa-apa sekarang yang penting gue bisa pulang’ kata hati gue yang sudah begitu berkerja keras kali ini.
***
Kuliah tanpa tugas bukan kuliah namanya, begitu juga dengan gue yang kali ini mendapat tugas dari dosen tercinta gue. Kenapa dosen tercinta? Karena gue paling suka sama mata kuliahnya, serasa gue banget. Hehe#plak
Dan untuk menyelesaikan tugas itu gue harus cari buku yang bersangkutan, itulah mengapa gue berada di toko buku terbesar kota gue bersama sahabat gue Rima.
15 menit waktu untuk mencari buku yang kami cari tapi kami menghabiskan 2 jam berada di toko buku itu. Maklum gue lupa diri kalau berada di toko buku langsung laper mata, rela gak jajan. Hehe.. Setelah memebeli beberapa buku gue dan Rima memutuskan makan di cafe yang berada di pinggir toko bukunya. Males nyari tempat makan lain dan disini juga makanannya enak.
Kita duduk di bangku dekat jendela. sambil menunggu pesanan kami datang, kami ngobrol lebih tepatnya gue yang curhat tentang bagaimana sikap Drama akhir-akhir ini yang gak ada buat gue dan pertemanan gue sama Bahasa. Sedang sayik ngobrol sembari makan tiba-tiba gue terdiam melihat pemandangan yang kalau loe liat pasti membuat loe ingin melempar sepatu loe yang lagi dipake sekarang.
“Itu bukanya Drama Sas, kok dia mesra banget sama Nada? Rima yang menyadarkan gue kalau yang gue liat gak salah.
“Dia....”
“Selingkuh dari Loe” gue gak bisa nyelesain kalimat gue yang akhirnya diselesaikan Rima. Sontak gue berdiri dan medatangi mereka berdua yang duduk tak jauh dari meja kami.
“Kak Drama, selamat atas pacar barunya dan selamat juga atas kebebasan kita! Kita PUTUS!” hanya itu yang keluar dari mulut gue dengan senyum tersungging disana. Mereka berdua hanya bengong karena kaget.
Gue meninggalkan tempat itu di ikuti dengan Rima yang tak lupa membayar makanan tadi, setelah jauh dari tempat Drama dan Nada, gue nangis sejadi-jadinya. Tangisan ini yang terakhir kalinya. Gue janji! Tanpa di sadari ada seseorang selain Rima yang merhatiin gue.
***
Rasa sakit itu menjadi motivasi gue paling kuat, gue ingin membuktikan dia telah salah nyia-nyiain gue. Dan itu di mulai dari belajar sungguh-sungguh mengejar apa yang gue mau. Menjadi sarjana!
Dan itu terlaksana dengan manisnya hari ini di hadapan semua orang gue dapet gelar sarjana dengan nilai terbaik.  Congratulations for me! Hahahahaha..
Kebiasaan yang berlangsung selama ini di kampus gue adalah setiap mahasiswa yang meraih nilai terbaik dia akan memberikan sambutannya, gue menyiapkannya di bantu Rima tiga hari sebelum hari H. Dan disini lah gue sekarang acara wisuda gue.
“Silahkan naik ke panggung kehormatan untuk salah satu mahasiswa dengan nilai terbaik taun ini yang akan memberikan sambutannya katanya. Kepada sodari Sastra Mahardika waktu dan tempat kami persilahkan” MC mempersilahkan gue untuk menaiki panggung, gue melangkah naik ‘gila ini jauh lebih deg-degan dari pada ditembak drama dulu(usir cantik ingetan itu!hahaha)’ kata hati gue yang belum bisa tenang.
“Assalamualaikum Wr.. Wb.. yang terhormat bapak dekan, para dosen yang saya hormati dan teman-teman seperjuangan yang berahagia. Sebenarnya ini bukan sambutan lebih tepatnya sepatah-dua patah kata dari saya.  Mungkin kita pernah berada di titik terbawah hidup kita dan banyak orang menertawakannya, kalian tahu seperti angry bird yang ditertawakan babi-babi.yah seperti itu tapi percayalah bahwa itu tak selamanya yang kau perlu lakukan adalah bangkit dan memulainya dari awal. Buktikan bahwa kita bisa lebih baik dari kita sebelumnya. Jangan putus asa! Mari menjadi kita yang lebih baik lagi, selamat atas kelulusannya! terimakasih Wassalamualaikum Wr.. Wb..” gue mengakhiri sambutan gue yang di sambut oleh tepuk tangan riuh dari audience.
Saat gue beranjak turun, langkah gue terhenti ketika layar di balakang gue memunculkan sebuah tayangan yang membuat gue terperangah yang sekarang muncul itu gambar gue dari mulai gue ospek, bengong di perpustakaan, makan di kantin, jalan di koridor, saat gue nunggu di depan kampus, saat gue nangis dan masih banyak lagi. Hati gue sempet protes ‘kok pake ada gambar gue yang lagi mewek segala? Tapi gak apa-apa yang penting gue kelihatan cantik. hehehe’
Lebih terperangah lagi ketika Bahasa berdiri dari tempat duduknya menghampiri gue yang berada di atas panggung setelah kita saling bertatapan dia berjongkok(posisi mau ngelama, kalian pasti tahukan?), kemudian mengeluarkan kotak beludru biru(karena gue suka biru kali ya, yang penting isinya, hehehehe.. gue bukan matre loh! J), dibukanya kotak tersebut yang isinya cincin cantik.
“Sastra, aku bukan orang yang bisa merangkai kata-kata romantis... tapi akan aku coba demi kamu!” dia tersenyum disela-sela ucapannya.
 “tanpa Sastra, Bahasa hanya akan hanya jadi sekumpulan kata-kata tak bermakna dan tanpa Bahasa, Sastra tak akan pernah tersurat dalam bentuk lisan maupun tulisan, jadi maukah kamu menjadi istri aku dan  jadi ibu dari anak-anak aku kelak? Supaya kita bisa saling melengkapi satu sama lain!” tanyanya
Aku hanya menutup mulutku tak percaya lamaran yang tak terduga sebelumnya dengan beribu pasang mata menjadi saksinya. Kemudian mengatakan ‘iya’ dengan anggukan kepala. Semuanya bersorak dengan riuh mungkin keriuhan sorakan mereka bisa membuat kampus kita roboh. Haha..
***
Ternyata Bahasa sudah suka sama aku disaat mata kami bertemu untuk pertama kalinya di tempat parkir, saat itu kita bertengkar. lebih penting lagi gue selama ini diperhatiin tapi guenya yang gak nyadar dan itu lebih dari cukup untuk membuat gue merasa di cintai, disayangi, dan bahagia.
Gue masih inget dosen gue pernah bilang bahwa ‘Bukan bagaimana kita tersenyum tapi apa yang membuat kita tersenyum.’ Beliau benar dan alasan gue tersenyum adalah adanya bahasa di hidup gue. Dan bentar lagi kita nikah! J
Ini kisah gue yang happy Ending, kisah loe mana? Hahaha
***

CEMARA



Kenalin nama gue cemara, gara-gara nama gue cemara gue selalu diledek sama temen-temen dengan manggil gue keluarga cemara persis sinetron di salah satu stasiun terevisi.
Gue anak tunggal untuk sementara waktu ini, bokap gue meninggal saat gue berumur 10 tahun. Nyokap gue banting tulang ngebesarin dan nyekolahin gue, setiap melihat nyokap pulang dengan wajah kelelahan jujur gue gak tega. Mangka dari itu gue nyaranin dia menikah lagi.
Bukan nyokap gue kalau dia nurutin apa mau gue, dia malah bilang perioritasnya sekarang hanya gue. Dan itu buat gue bungkam.
***
Kita tinggalin urusan nyokap gue, disini gue bakalan cerita tentang kehidupan gue sebagai anak remaja yang memulai mencari jati diri akan kehidupan, masa depan, dan cinta.
SMA N 1 CIAWIGEBANG itu nama sekolah gue, gue anak kelas 3 dong sekarang. Semua juga tahu masa SMA masa-masa paling indah, paling seru dan paling menyenangkan.
Ngomongin soal masa SMA gak lengkap kalau gak ngomongin soal cinta. Gue jatuh cinta, jatuh cinta pada pandangan kedua, sekaligus cinta pertama dan cinta monyet. Kebayang kan satu orang tapi mempunyai banyak arti dalam hidup gue.
Namanya Damar, gue ketemu dia pertama kali di perpus sekolahan gue, kita berantem  memperebutkan satu buku yang sama. Dari semenjak itu hubungan kami tak pernah harmonis, setiap ketemu ada aja yang bikin kita cekcok.
Gue baru sadar kalau gue suka dia setelah dia lulus dari sekolah kita. Sampai sekarang setiap ke perpus gue selalu ingat dan mengenang tentangnya.
Kisah cinta yang endingnya gue gak tahu, gue gak tahu dia punya perasaan yang sama dengan apa yang gue rasakan. Yang gue tahu hati ini tak pernah dan tak akan pernah utuh lagi sejak tak ada dirinya dalam hidup gue.
Mahoni satu-satunya orang yang tahu tentangnya dari A sampe Z. Dia sahabat gue paling deket karena kita sudah sahabatan dari TK. Tak ada yang kami tutup-tutupi satu sama lain, selalu terbuka.
Hari ini gue pergi ke perpus, seperti sedang menunggu seseorang datang tapi nihil tak ada sosoknya. Mahoni selalu memotivasi gue buat move on tapi hati gue gak bisa.
“Ara... Ara... kebiasaan loe gak ilang-ilang” panggil mahoni ketika melihatku duduk di pojokan perpustakaan favorit gue.
“gue ini, terus masalah buat loe? Pan gak” jawab gue acuh meneruskan kegiatan bengong gue di perpus.
“Ke kantin aja yuk! Dari pada disini lagian dia gak akan datang” katanya  yang sontak membuat gue bangkit dan pergi dari tempat itu, mahoni hanya mengikuti gue dari belakang dengan rasa bersalahnya.
***
          Untuk kesekian kalinya gue bengong di perpus, menunggu jam istirahat berlalu. Tiba-tiba seseorang menepuk bahu gue, mau gak mau gue nengok kearah tepukan bahu.
          “Kak Damar...” gue kaget mendapati sosok yang tak asing lagi di mata dan hati gue.
          “Gue bukan hantu, jadi biasa aja liatnya” katanya membuat gue seneng sekaligus kesel.
          “Ngapain kesini?” tanya gue ketus, menyembunyikan rasa sebenernya, J
          “Kangen sama orang, mmm... kangen berantem sama si muka jelek” perkataannya dengan senyum tersungging di bibirnya membuat pipi gue merona merah, setahu gue cuman gue yang di bilang si muka jelek sama Kak Damar.
          “....”  gue gak bisa ngomong apa-apa terpaku di tempat gue, sampai dia ngibas-ngibaskan tangannya depan muka gue.
          “Kalau diliat dari cara loe bengong kayaknya loe juga kangen sama gue?” kalimatnya buat gue lagi-lagi bungkap seribu bahasa.
          “Pede gila!” hanya dua kata itu yang keluar, gue buru-buru pergi meninggalkannya di perpus dengan perasaan campur aduk. Tapi didominasi dengan rasa senang luar biasa. Dari kejadian barusan gue kayaknya bakalan senyam-senyum sendiri. J
          ***
          Beberapa hari kemudian dari kejadian itu, pas sepulang sekolah gue dapet kabar gembira lagi, bayangin nyokap bilang dia mau ngenalin “temennya” sama gue, kirain gue kan selama ini nyokap nutup dirinya karena kepergian bokap tapi ternyata dia ketemu sama cinta pertamanya sewaktu SMA.
          Gue sih ikut seneng, dan malam ini gue akan makan malam dengan calonnya nyokap. Yang gue tahu beliau duda anak 1, katanya anak laki-lakinya lebih tua 2 tahunan dari gue.
          Semoga gue bisa cocok sama dia supaya nyokap gue dan bokapnya bisa menikah dan bahagia. Amiiiinnn.. J
          Pertemuan malam ini dilaksanakan dirumah makan bebek kuningan, disana ada gue, nyokap, calon bokap dan calon nenek gue. Minus calon kakak tiri kata cabok gue(calon bokap) dia gak bisa dateng karena ada acara kampus gitu.
          Sejauh ini gue suka sama cabok dan nenek gue itu, tak disangka mereka walcome dan ramah abis. Serasa gue sudah jadi bagian keluarga mereka. Setelah pertemuan ini om arbi akan menikahi mamah dalam waktu sebulan lagi. Oh bahagianya malam ini dan semua kebahagiaan itu terpancar dari semua wajah kami berempat.    
          ***
          Hari ini gue dapet surat sewaktu gue pergi ke perpus, gue kaget karena sejak kapan bu tree jadi burung hantu kayak di film harry potter. Hehehe...
          Surat beramplop biru itu gue baca di tempat favorit gue di pojokan perpus. Gue buka amplopnya lalu gue makan, ya ngak lah gue pasti baca, J
            Dear ara,
          Aku gak tahu lagi ngapain sekarang, yang jelas aku tak bisa menyingkirkan muka jelekmu itu dari awal pertama bertemu sampai sekarang. Setelah kebersamaan kita terpisah oleh waktu aku sadar kalau aku suka sama kamu. Aku akan tunggu jawaban kamu nanti sepulang sekolah. Aku harap akan memberikan aku jawaban yang membahagiakan.
                                                                   Yang lagi kangen,
                                                                             Damar
          Gue gak bisa gambarin gimana perasaan gue sekarang, sekeliling gue jadi banyak kembang api, langit berubah jadi cerah dan diwarnai pelangi hari gue semarak lebih semarak dari karnaval.
          ‘jawabannya hanya satu Kak, aku juga suka’ gue ngomong dalam hati. Gue senyum-senyum sendiri dari pas istirahat sampai jam pulang sekolah, mahoni mandang gue aneh, dia malah nyangka aku kesambet setan perpus.
          ***
          Langit sedang turun hujan, gue nunggu dia di parkiran kayaknya tinggal gue aja deh yang belum pulang. Hampir 30 menitan gue nunggu, Bener kata orang menunggu itu hal tidak menyenangkan sama sekali. Kalau nunggunya sih gak apa-apa tapi dinginnya itu loh gak kuat.
          Gue udah jongkok, duduk, berdiri, senderan lari-lari kecil supaya gak dingin tapi yang di tunggu baru nongol dengan motor dalam keadan basah kuyup.
          “Maaf, tadi ada rapat dulu, setelah selesai gue langsung kesini” katanya merasa bersalah
          “Mmmmm” gue hanya bergumam karena kedinginannya
          “Oya, ini” dia mengambil jaket yang ada di dalam tasnya, dia gak pake jaket karena takut gue butuh, dulu juga loh! kok kayak de javu gitu.
          “Makasih Kak, lain kali kalau gak bisa ngabarin aja” gue blak-blakan sama dia.
          “Iya-iya maaf! Gue anter pulang yah” tawarnya gue hanya ngangguk dan kami berdua menerobos tangisan langit.
Sesampainya dirumah pakaian kita basah kuyup, gue sih ngajak dia buat ngeringin badan dan meminjamkan pakaian bokap gue. Tidak butuh waktu lama dia berganti pakaian.
“Ini Kak tehnya” gue membuatkannya teh, kan kasihan lagian hujan-hujan gini enaknya minum teh.
“Makasih” dia meminumnya tanpa ditiup “awwwww... panas” pekiknya yang bikin gue dan Kak Damar ketawa ngakak karena tingkahnya. Diluar terdengar suara mobil berhenti, pasti nyokap sama om arbi.
Tak lama mereka masuk, sesampainya di dalam tiba-tiba om Arbi mengenali sosok Kak Damar.
“Damar” memanggil orang yang berada di samping gue. “Papah” gue kehilangan kata-kata sumpah kaget banget. Yang tadinya hari paling membahagiakan menjadi hari paling campur aduk gado-gado aja kalah ruwet.
***
Semenjak itu gue gak ketemu Kak Damar sampai hari pernikahan orang tua kami. Mereka terlihat bahagia, tak tega merusak kebahagian mereka hanya karena keegoisan gue yang menyukai Kak Damar.
Gue dan nyokap diboyong bokap tiri gue ke rumahnya, yupz.. gue dan Kak Damar bakalan tinggal serumah. Bayangkan tinggal sama orang yang loe suka tapi loe gak bisa menggapainya seperti “punguk merindukan bulan”, kalau di bahasa sunda mah “anjing ngagogokan kalong”.
Yang lebih parah lagi gue tinggal di sebelah kamarnya di lantai atas sedangkan orang tua kita berada di lantai bawah. Pas pertama kali gue masuk rumah ini yang tergambar cukup besar untuk ditinggali kita berempat. Lengkap dengan taman, ruang baca dan kolam renang. Rumah ini memiliki satu asisten rumah tangga namanya mbok bambu, orangnya ramah dan seru kayaknya gue bakalan cocok sama dia.
Yang terpenting gue suka banget sama kamar ge, dari mulai interiornya dan ah pokoknya gue suka semuanya. Dan gue baru tahu yang desain kamar gue adalah Kak Damar, dia kenal baik gue dan apa yang gue suka.
‘Ah Kak Damar, andai saja kau bukan kakak tiri ku...’ gurutuku dalam hati.”Bicara apa aku ini? Lupakan itu dia kakakmu sekarang!” gue ngeyakinin diri gue supaya menepis jauh-jauh rasa itu.
***
Selama beberapa bulan ini gue sibuk sama kegiatan persiapan UN, meskipun begitu gue masih sering curhat-curhatan sama mahoni tentang keluarga baru gue.
Sepulang sekolah gue pergi ke kamar untu mandi setelah itu gue nyari buku di ruang baca, setelah beberapa menit gue nyari akhirnya tuh buku ketemu. Buku kumpulan soal-soal UN milik Kak Damar itu gue baca di ayuan dekat kolam renang.
Gue gak ngeh kalau sejak tadi ada orang yang merhatiin gue dari balkon. Orang itu menghampiri gue dan duduk di samping gue.
“Mau gue bantuin?” tawarnya
“Boleh, ada soal yang aku gak ngerti Kak” jawabku.
“Yang mana yang gak ngerti?” tanya kak Damar lagi, gue langsung menunjuk sola yang gue anggep susah itu.
“owh.. itu si gampang, gini caranya...” dia menjelaskan padaku soal-saol yang menurutku susah dengan jelas dan terperinci. 
Ini pertama kalinya kita berdua ngobrol setelah beberapa bulan kami hanya bertegur sapa seadanya, bahkan kami tak bernah bertengkar seperti dulu, selebihnya tidak terlalu memperdulikan keberadaan satu sama lain. Hari ini kebekuan kami mencair. Mungkin kedepannya kami akan menjadi sodara normal sewajarnya seperti yang lain.
Adanya kejadian hari ini gue inget sama salah satu kata-kata Maulana Jalaludin Rumi “When you find love, you will find yourself” tapi kata-katanya di ganti buat kasus gue sama kak Damar jadi begini “when you find brother, you will find yourself” J
‘kok gue ngelantur gini yah ngomongnya? Sepertinya gue mulai gila  gara-gara sindrom UN’ apa hubungannya juga?
***
Gue lulus dengan nilai yang lumayan, ini berkat Kak Damar yang bantuin gue. Setiap kelulusan pasti ada from night. Gue gak tahu mau dateng sama siapa, secara gue jomblo gitu.
Papah tiri  gue minta anaknya buat temenin gue ke acara itu, alhasil ge bakalan kesana sama Kak Damar. Yang paling ribet adalah nyokap gue, dia siapin gaun buat datang kesana, padahal gue kan bisa pake baju biasa aja kenapa harus beli buang-buang uang aja tapi nasi sudah menjadi bubur tinggal pake ayam, kecap, sambal, dan kerupuk enak kan tuh.plak gak nyambung kan?
Gue di permak mamah dua jam lamanya, gue sih gak yakin hasilnya. Bukan karena mamah gak jago tapi karena muka gue yang pas-pasan. J
Pertama kali gue liat bayangan di cermin ini bukan gue asli berubah banget dari yang tadinya itik buruk rupa menjadi angsa yang cantik jelita. Bukan gue aja yang berpendapat kayak gitu bonyok plus kak Damar juga. Gak apa-apalah jadi ratu semalam ini doang.
Pukul 19.00 gue berangkat ke from night, kedatangan gue sama kak Damar jadi pembicaraan anak-anak satu angkatan gue.  Gue ketemu mahoni yang datang dengan kak Jati teman kak Damar,  gue gak tahu mereka deket dari sejak kapan yang jelas gue turut bahagia deh buat sahabat gue itu.
Oya di sekolah tanpa orang nyebelin gak akan lengkap, itu berlaku buat gue, Tree adalah orang yang sangat-sangat nyebelin dan reseh. Malam itu bersama antek-anteknya dia menghampiri gue dan tanpa tendeng aling-aling dia nyerocos depan orang banyak dengan suara cemprengnya.
“Hai Ara, loe datang sama Kakak loe? Kenapa karena kasih tak sampai yah?” katanya sambil liatin gue dengan tatapan mencela.
“Kenapa gak bisa ngomong? Gue salah kalau bilang cinta loe terhalang nyokap sendiri, kayaknya bagus dijadiin judul cerpen yang biasa loe tulis” dia terus aja ngoceh. “Gimana rasanya orang yang loe cinta jadi kakak loe sendiri? Kasihan banget!” tambahnya.
“Itu bukan urusan loe, terserah gue mau gue suka sama kakak gue sendiri, mau gue suka sama siapa kek, kenapa loe yang repot? Dan gue bukan orang yang perlu dikasihani. Yang perlu dikasihani sebenernya loe yang selalu iri sama gue. Kenapa loe gak mampu jadi gue atau loe gak mampu dapetin cinta loe karena dia lebih naksir gue?” kalimat itu yang keluar dari mulut gue. Bodo amat dah pikiran orang lain. Gue meloyor pergi diikuti dengan langkah kak Damar.
***
Gue nangis sejadi-jadinya di taman dekat rumah, sumpah tadi omongan tree yang paling menyakitkan.kalau bahasa anak sekarang sakitnya tuh disini#tunjuk hati.
Kak Damar menghamiri gue, dia meluk gue. Itu yang membuat gue tambah sakit. Dalam pelukan seseorang yang kita tidak dapat miliki. Perasaan gue gak bisa di bendung atau dibunuh, aku sayang dia, sayang banget. Serasa tak ingin melepaskannya.
“Tolong jangan lalukan ini padaku!” gue memulai membuka mulut ditengah-tengah sakit.
“Maaf!” hanya sebatas itu yang dia katakan
“Maaf untuk apa?” ucapku yang masih terisak
“Maaf karena aku gak bisa lindungi kamu dan perasaan kamu. Aku sayang banget sama kamu lebih dari rasa sayang kakak ke adiknya tapi rasa sayang itu hanya dapat melukai kamu lebih dalam” ucapnya sembari mengusap air mataku.
“Bukan salah Kakak, hanya keadaan yang tidak memungkinkan” ujar gue sok bijak
Dia kembali memeluk gue ”Rasanya aku tak mau melepaskanmu” perkataannya membuatku diam, kemudian tak terasa bibirnya menyentuh bibirku ada kehangat, lembut dan terasa manis. Seolah semua pertanyaan tentang perasaannya terjawab sudah, dia memiliki perasaan yang sama dengan perasaan aku. Langit tiba-tiba bertabur bintang sungguh malam yang indah diantara malam-malam sebelumnya. Namun keindahan itu tak berlangsung lama seperti pertemuan cinderella dengan pangeran yang di batasi waktu. Begitu pun dengan kisah kami berdua.
Tanpa disangka dua pasang suami istri yang sedang berdiri di balkon rumah melihat semua kejadian tersebut.
*** 
Keesokan hari kita sarapan seperti biasa, tahu-tahu papah membuka pembicaraan mengenai sekolahku. “Ara sayang kamu sudah menganggap neneknya Damar sebagai nenek kamu sendirikan?”
“Ya, kenapa pah?” tanya gue mengoleskan roti dengan selai coklat favorit gue.
“Gimana kalau kamu kuliah dan tinggal di tempat nenek di Bandung, kasihan dia gak ada yang ngurusin!” paparnya menyakinkan gue
“Kenapa ngak Damar aja pah, kan cucunya Damar bukan Ara?” kata kak Damar
“Kamu kan udah kuliah di sini, bakalan ribet lagi nantinya, mamah juga sudah setuju” katanya lagi sambil memasukan roti terakhirnya.
“Kalau mamah sama papah sudah memutuskan aku sih tinggal ngikt aja” gue pasrah sama keputusan mereka mungkin ini jalan terbaik buat gue dan perasaan gue.
“kalau kamu sudah setuju, kamu harus mulai berkemas nanti sore papah sama mamah anterin kamu ke Bandung” tambahnya lagi kemudian papah pergi ke kamarnya.
Setelah selesai gue pergi ke kamar dan berkemas dibantu mamah, hanya barang-barang yang penting aja yang gue bawa. toh cuman sementara kau disana.
Selamat tinggal kota Kuningan, selamat tinggal cinta pertamaku. Semoga dengan gue pindah ke Bandung gue bisa menormalkan hubungan dan perasaan gue dengan Kak damar.
***
Empat tahun itu cepet banget yah, gila serasa kemarin gue dianterin bonyok ke rumah nenek di Bandung. Kembali ke Kuningan untuk yang pertama kalinya setelah lulus. Selama ini gue gak pernah komunikasi dengan Kak Damar, gimana keadaannya sekarang? Hal tersebut yang pertama yang terlintas di otak gue.
Waktu empat tahun tak mengilangkan perasaan gue, sejauh apa pun gue lari tetap banyangannya selalu di pelupuk mata. Gue kangen banget sama Mahoni, orang tua gue, kakak tiri gue dan adik kembar gue yang lucu-lucu. Tapi gue lebih kangen sama sosok yang selama ini ada di hati gue. Kak Damar.
Sebelum pulang ada seseorang yang katanya melamar aku, semua keluarga sudah setuju tinggal gimana aku mau menerima apa gak. Hari ini batas waktunya aku memberikan jawaban atas pinangannya. Pinangan dari orang yang aku tak tahu bagaimana rupanya.
Akhirnya gue sampai di rumah bersama nenek, semuanya tampak sama tak ada yang berubah.
“Assalamualaikum.. mamah, papah, raka, rayi Ara pulang!” teriakku memasuki rumah.
“Kak Ara pulang, hore” rayi menyambut gue dan raka yang narik-narik gue supaya masuk ikut nya ke ruang keluarga. Disana ada Mahoni, Kak Jati, Kak Damar, papah, mamah. ‘Ada apa ini sebenarnya?’ tanya gue dalam hati.
“Ara gimana kabar kamu, Sayang!” mamah memeluk gue, di ikuti dengan Mahoni “gila gue kangen banget sama loe”.
“Duduk Ara, kamu sudah memikirkan tentang pinanganmu kan?” tanya papah, gue langsung duduk di sampingnya.
“Pah aku baru nyampe, harus sekarang emang?” protes gue
“Harus, karena orangnya menunggu jawaban kamu” kata-katanya sontak membuat gue celingak-celinguk mencari sosok yang meminang gue.
“nyari apa kamu Ara? Dia ada di depan kamu sekarang” sontak gue kaget, yang ada depan gue sekarang kan kak Damar, deg. Gak mungkin Kak damar kan?
“Siapa mah? Depan aku kan kak Damar” gue memastikan, gue gak mau geer atau salah tanggap.
“Ya dia, Damar anak papah yang paling ganteng” gue melongo mendengar kata-kata papah.
“Kalau kamu setuju dua bulan lagi kamu dan Damar langsung nikah” kata nenek yang ternyata sudah mengetahui segalanya.
Gue gak bisa bilang apa-apa cuman bisa menganggukan kepala tanda menyetujui pernikahan.
***
Waktu berdua di balkon, kak Damar jelasin kenapa bisa kejadian ini terjadi. setelah aku ke Bandung, kak Damar cerita semuanya. Tentang gue, dia dan perasaan kami. Mamah dan papah sepertinya mengetahui itu kemudian mereka meminta pendapat nenek tapi ternyata mereka bertiga menyetujui hubungan kami karena menurut mereka kami bisa menikah karena tak ada hubungan darah diantara kami.
Untuk mendapatkan kebahagiaan kita harus mendapat rasa sakit dan bahagia itu membutuhkan pengorbanan. Karena kebahagiaan itu akan ada pada waktunya.
Dua bulan lagi aku akan menikah bersama orangyang benanr-benar aku sayangi. Yang namanya hati memang tak pernah salah dan bohong. Dan kebahagian kita ditentukan oleh kita sendiri.
Manusia hakekatnya seperti kertas putih, tulisan atau goresannya tergantung kita. Karena setiap paragraf yang gagal belum tentu paragraf yang lainnya juga gagal melainkan akan sukses. Seperti kisah gue dan kak damar. J
tamat
***